Monday 9 August 2010

Pendeta Robert: Harusnya Umat Kristen Menerima Muhammad

Menurut penelitiannya dengan Alkitab, sebenarnya umat Kristen seharusnya menerima Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Demikian pernyataan Pendeta Dr. Robert P.Walean,Sr. dalam acara bedah buku: “Kebenaran Yang terungkap dari al-Qur’an dan alkitab, Sesungguhnya Menyatakan Allah itu Maha Esa,” di Gedung Ad Da’wah Bandung, Ahad (8/8).

Robert P Walean adalah pimpinan Last Events Duty Institute Koja, Jakarta Utara. Pria asal Manado ini pernah membawa ‘ajaran Islam Hanif”, yang banyak dinilai sebagai gabungkan Kristen-Islam.

Dalam bedah bukunya, Robert mengatakan, saat ini sudah ada beberapa pendeta yang sudah menerima hasil penelitiannya.

”Kalau dari advent sendiri kita sudah membuat surat pernyataan mengakui bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Namun begitu masih ada beberapa pendeta ada yang belum tahu,” sambungnya.

Sayangnya, dalam buku setebal lebih dari 100 halaman tersebut juga ditulis akan kebenaran Nabi Isa sebagai Tuhan ditinjau dari al-Qur’an maupun Alkitab. Dalam pandangan Robert , al-Qur’an-Surat An-Nas menceritakan bagaimana manusia menjadi tuhan.

Sontak pendapat tersebut segara dibantah Dr. KH. Asep Zaenal Ausop yang juga hadir sebagai pembedah. Menurut Asep, Robert tidak jujur dalam mengungkapkan pendapatnya.

Robert juga dinilai terlalu dangkal dan serampangan dalam menerjemahkan dan menafsirkan ayat al-Qur’an dalam bukunya.

”Contahnya kalimat Bismilllah, Anda menerjemahkan dengan nama Allah, Tuhan Yesus. Dari mana Anda dapat arti demikian,” tanya Asep yang juga dosen ITB ini.

Mendapat pertanyaan, demikian pria yang di kalangan keluarga lebih sering dipanggil "Welly" itu hanya terdiam sambil membuka-buka buku yang dipegangnya.
Sementara Abu Deedat Sihabuddin yang hadir sebagai penelaah buku tersebut mengungkapkan hal lain. Menurut pakar kristologi ini, m Robert Walean adalah penggagas agama “Islam Hanif”.

”Islam Hanif adalah ajaran Kristen Advent yang dikemas dengan nama Islam agar umat Islam mengakui bahwa Nabi Isa itu tuhan Yesus dan mengajak umat Islam beribadah hari Sabtu, dari mana dasarnya?” tanya Abu Deedat.

Abu Deedat juga menggungkap bahwa Robert Walean ini juga sebagai penggagas aliran sesat al-Qiyadah al-Islamiyah pimpinan Ahmad Mosadeq beberapa waktu lalu. Dalam dokumen aliran tersebut disebutkan, Robert Walean hadir sebagai ”Waraqaq bin Naufal” yang membenarkan akan kenabian Ahmad Mosadeq.

Mendapat pernyataan demikian Robert Walean pun segera membantahnya. Menurut pengakuannya, apa yang ditulis dalam buku al Qiyadah tersebut hanyalah tulisan dari Ahmad Mosadeq sendiri.

”Saya akui, saya ketemu dengan dia (Ahmad Mosadeq) lebih dari sepuluh kali dan terjadi dialog. Namun saya tidak mengajarkan dan mengakui jika dia itu nabi,” sanggahnya.

Namun ketika Abu Deedat hendak menunjukan tanda tangannya dengan inisial RPW, Robert Walean membalas dengan perkataan itu tidak benar.

Abu Deedat juga mempertanyakan soal buku yang tertulis bahwa buku tersebut telah disampaikan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Departemen Agama RI. Menurutnya itu sebuah kebohongan kepada publik, terutama umat Islam seolah-olah buku tersebut telah mendapat persetujuan dari Depag.

“Saya sudah konfirmasi ke Depag dan Depag tidak pernah menerima buku tersebut hingga saat ini. Jadi itu benar dan hanya ingin mengelabuhi umat saja,” jelas Abu Deedat.

Mendapat tanggapan Abu Deedat, Robert Walean segera menampiknya. Menurut Robert, dirinya pernah memberikan buku tersebut kepada Depag yang dihadiri semua utusan agama. Namun dirinya lupa kapan waktunya, padahal katanya, ada dokumentasi fotonya.

Saat mendapat pertanyaan, keyakinan mana yang ia pilih, apakah konsep tauhid menurut Islam, di mana Allah itu Esa dan absolut, atau konsep tauhid Kristen Allah itu Esa yang relatif? Robert Walean dengan tegas memilih, ”Esa absolut”.

Namun demikian, menurutnya, ada pemahaman berbeda soal trinitas yang perlu dijelaskan.

Belum sempat dialog berjalan tuntas, tiba-tiba Robert Walean minta izin untuk segera kembali ke Jakarta dengan alasan akan menikahkan anaknya. Padahal waktunya masih satu jam setengah lagi dari waktu yang disepakati semula.

Tak pelak, kondisi ini membuat ratusan peserta nampak kecewa. Namun sebelum meninggalkan acara, Robert minta waktu lagi untuk bisa berdialog dan diskusi lebih lama. Dirinya berjanji akan menjelaskan dan memaparkan isi bukunya secara lengkap sehingga tidak terjadi salah persepsi. Permintaan tersebut langsung dijawab ratusan peserta yang mentakan kata,”Siap”. Jadi, kapan bisa dilanjutkan lagi? Jawabannya menunggu kesiapan “Welly”. [man/hidayatullah.com]

0 comments:

Post a Comment